Tanjungbalai Selatan (Klik Cerah) – Pasar Apung Ramadhan 1445 H yang dipelopori Kapolres Tanjungbalai, AKBP Yon Edi Winara SIK SH MH, bisa menjadi trigger pembangunan pariwisata di ‘Kota Kerang’. Kondisi geografis Tanjungbalai yang banyak dialiri sungai dan kawasan perairan sangat mendukung keberadaan pasar apung. Tak hanya temporer, tapi juga bisa dipermanenkan sebagai destinasi wisata andalan.
Pemko Tanjungbalai sebenarnya telah memiliki grand desain pembangunan pariwisata perairan. Ini bisa dilihat dari pembangunan wisata waterfont city di pinggiran Sei Silau, dan Balai Ujung Tanjung. Namun kedua destinasi wisata ini belum berjalan maksimal. Ada tapi belum berhasil dikelola dengan baik. Harusnya di lokasi-lokasi tersebut bisa dibangun pasar apung, sehingga masyarakat bisa berwisata sekaligus berbelanja serta menikmati kearifan lokal.
Lihatlah Tanjungbalai. Kota di pinggiran Selat Malaka yang dianugerahi sungai-sungai elok yang menghubungkan satu wilayah dengan wilayah lainnya. Sejak dahulu keberadaan sungai-sungai itu mempengaruhi aktivitas masyarakatnya. Harusnya dimanfaatkan dengan baik sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD). Sebagai kota kecil dengan PAD yang tergolong minim, harusnya pengelola kota ini memperbanyak sumber-sumber PAD. Seperti kabupaten/kota di Kalimantan Selatan (Kalsel) yang memiliki sejumlah pasar terapung permanen.
Tapi Pasar Apung Ramadhan yang dipelopori Kapolres Tanjungbalai tidak meniru atau mencontoh pasar terapung yang banyak di Kalsel. Ini murni ide brilian Kapolres. “Tidak, ini tidak meniru yang ada di Kalimantan. Ide pasar apung ini spontanitas yang kemudian dieksekusi oleh teman-teman pemuda sehingga bisa terselenggara dengan baik. Ide awalnya bagaimana bisa membersihkan sungai, lingkungan terjaga dan bisa membantu masyarakat,” ujar AKBP Yon Edi Winara SIK SH MH. (her/nas)