ASAHAN – Perceraian bisa mempengaruhi jiwa seseorang. Permasalahan rumah tangga ini acap kali membawa dampak yang tidak baik, terutama bagi tumbuh kembang anak. Pasalnya setelah terjadinya, seorang anak akan diasuh oleh ayah atau ibunya, sehingga ia tak bisa memperoleh kasih sayang dan perhatian yang utuh dari kedua orangtuanya.
“Kejadian ini bisa mengakibatkan atau berisiko kepada perkembangan mental seorang anak, bisa mengalami depresi atau gangguan perilaku lainnya,” kata Kepala UPTD SDN 014681 Tanah Rakyat, Asahan, Evi Susanti SE, Jumat 19 Januari 2024.
Dia mengatakan, pihaknya memberikan perhatian yang lebih jika ada terdapat anak-anak yang menjadi korban perceraian. “Untuk itu, kita sebagai pengajar dan kepala sekolah melakukan komunikasi yang baik, memberikan semangat kepada si anak dalam menjalani kesehariannya. Kita berikan perhatian yang lebih,” ujarnya.
Dengan pendekatan dan perhatian yang lebih, diharapkan dapat memberikan efek psikologis yang positif, bisa mengerti dan memahami situasi yang terjadi. “Semoga bila di kemudian hari, masing-masing ayah atau ibunya melakukan pernikahan lagi, ayah atau ibu sambungnya bisa memberikan kasih sayang yang baik,” tambahnya.
Menurutnya, pernikahan merupakan lembaga yang sakral. Masing-masing pihak seharusnya menjaganya agar tidak bubar di tengah jalan. Karena korbannya bukan hanya istri atau suami, tapi anak-anak mereka juga turut menjadi korban.
“Untuk menjaga keutuhan rumah tangga bisa dilakukan dengan menjaga komunikasi yang baik dan kasih sayang. Saling menghormati dan menghargai satu sama lain, ini sangat dibutuhkan. Tidak kalah penting, harus saling terbuka dan mengutamakan kejujuran,” pungkasnya. (fah)