Acara syukuran Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-68 Kodim 0208/Asahan, Kamis 1 Februari 2024, menjadi hari yang membanggakan sekaligus mengharukan bagi Serma Syahrial Efendi Sinaga.
Membanggakan karena sebagai prajurit tertua, ia mendapat potongan pertama nasi tumpeng dan disuapi langsung oleh Dandim 0208/Asahan, Letkol Inf Muhamad Bassarewan. Baginya momen tersebut merupakan penghargaan tertinggi.
“Momen itu merupakan penghargaan tertinggi, penghargaan yang luar biasa, saya sangat senang dan bangga,” kata Sinaga yang merupakan Kepala Kelompok Tata Usaha Urusan Dalam (Kapok TUUD).
Mengharukan karena tahun ini merupakan tahun terakhir baginya bertugas sebagai prajurit TNI-AD setelah mengabdi selama 33 tahun. “Saya sudah 53 tahun, sudah masuk MPP (Masa Persiapan Pensiun, Red).
Tanggal 26 September 2024 mendatang saya pensiun, dan kembali ke masyarakat sebagai warga negara biasa. Saya sedih harus meninggalkan TNI, namun karena batasan usia, mau tak mau saya harus terima, dan saya siap kembali ke masyarakat,” ujarnya.
Serma Sinaga mengatakan, banyak kenangan yang mengharukan saat ia mengakhiri tugas di Kodim 0208/Asahan. “Saya bertugas di sini sejak 2010 hingga 2024 atau 14 tahun. Di awal-awal dinas saya bertugas di Yonkav 6 Serbu Naga Karimata, Medan, lalu ke Rindam Siantar, Batalyon 122/Tombak Sakti, dan Batalyon 126/Kala Cakti,” ungkapnya.
Ada fakta menarik yang disampaikan Serma Sinaga. Ternyata Makodim 0208/Asahan tak hanya sebagai tempat mengabdi, tapi memiliki ikatan batin yang mendalam. “Saya lahir di Makodim ini, di perumahan prajurit, dan saya mengakhiri masa tugas juga di Makodim ini. Ayah saya dulu juga seorang prajurit TNI yang bertugas dan tinggal di sini,” sebutnya.
Setelah pensiun sebagai prajurit TNI, Serma Sinaga mengaku tak memiliki rencana yang muluk-muluk. “Setelah pensiun saya akan di rumah, waktu saya untuk keluarga dan momong cucu. Untuk kegiatan, rencananya saya akan ternak ayam kecil-kecilan. Anak saya tiga orang, semuaya sudah besar-besar. Yang pertama sudah berkerja di swasta, yang kedua anggota TNI, yang ketiga masih kuliah,” terangnya.
Selama 33 tahun mengabdi sebagai prajurit TNI, peristiwa apa yang memiliki kesan mendalam sehingga akan tetap terkenang? “Saya pernah kehilangan teman dekat di medan operasi, tepatnya saat ditugaskan menumpas Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Teman saya gugur di depan mata saya. Itu peristiwa yang sulit saya lupakan,” kisahnya.
Serma Sinaga bercerita, pada tahun 2003-2004 ia ditugaskan dalam operasi di Aceh sebagai Wadanpos (Wakil Komandan Pos). “Saat itu terjadi kontak tembak antara pasukan tetangga dari Batalyon 121/Macan Kumbang dengan GAM. Pasukan kami siaga di posisi untuk mengantisipasi bila ada GAM yang lari ke tempat kami. Ternyata benar ada, dan sempat terjadi kontak tembak juga,” tuturnya.
Dia melanjutkan, “Semua pasukan kami selamat, sementara dari pasukan tetangga ada yang gugur. Setelah kontak tembak, kami semua turun untuk melakukan pembersihan. Ada sebuah gubuk yang dicurigai, saat pintu dibuka teman saya itu ditembak dan gugur di depan mata saya. Kami sangat dekat dan sering bertukar pikiran, peristiwa itu sampai sekarang tetap terngiang-ngiang di benak saya,” tandasnya. (dra/her)